Local Food Creation as a Main Choice to Improve PLHIV’ Nutrition
October 21, 2025Kreasi Pangan Lokal Pilihan Utama Peningkatan Gizi ODHIV

Hasil Kreasi Pangan Lokal di Kabupaten Belu
Program pencegahan terpadu penularan HIV dan AIDS di Kabupaten yang dijalankan UPKM/CD Bethesda YAKKUM merupakan proyek yang memiliki urgensitas dan manfaat yang sangat dirasakan masyarakat, karena sebelumnya sangat sedikit pihak yang peduli dengan isu HIV dan AIDS di Kabupaten Belu. Beragam intervensi dilakukan oleh program HIV dan AIDS ini, selain menyasar ke ODHIV dan OHIDA langsung, namun juga melibatkan masyarakat secara umum yang ada di level basis, baik ibu rumah tangga, remaja, bapak-mapak, maupun para pekerja. Di antara strategi yang digunakan adalah peningkatakan kapasitas melalui berbagai pelatihan, yang tujuannya menunjang dan memperkuat upaya pencegahan terpadu penularan HIV.
Bentuk pelatihan yang diberikan kepada penermia manfaat antara lain, pelatihan pengolahan pangan lokal, pelatihan diadakan oleh UPKM/CD Bethesda Yakkum area Belu pada 17-18 September 2021, yang diikuti oleh Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) Kabupaten Belu dan anggota Warga Peduli AIDS (WPA) dari 2 Kelurahan dan 5 Desa termasuk di dalamnya Mama Ata (36 tahun) dan 1 orang lainya dari kader WPA Desa Manleten. Pelatihan bertujuan untuk membekali peserta agar dapat mengolah bahan-bahan lokal yang melimpah di desa menjadi berbagai jenis makanan yang bisa menunjang peningkatan gizi ODHIV. Selama pelatihan, fasilitator yang khusus didatangkan dari Yogyakarta, Rosalia Mahanani, memberikan materi cara pembuatan tepung dan pengolahannya. Ilmu inilah yang pada akhirnya telah ditularkan Mama Ata kepada ibu-ibu rumah tangga disekitar lingkungannya di Desa Manleten, termasuk keluarga orang yang hidup dengan HIV dan AIDS (OHIDHA).
Dua minggu pasca pelatihan, Mama Ata langsung menindaklanjutinya dengan membuat tepung bersama 4 ibu rumah tangga lainnya,dengan menyiapkan bahan untuk pembuatan kue berupa tepung ubi ungu, tepung pisang dan tepung singkong. Ketiga jenis tepung tersebut merupakan hasil olahan yang telah dibuat beberapa hari sebelumnya.
Kemudian pada 29 Oktober 2021 Mama Ata mengundang 11 ibu rumah tangga untuk mengolah tepung yang telah tersedia ini, dengan menyiapkan peralatan untuk memasak dan bahan-bahan pendukung, seperti ikan segar, kentang, daun kelor, tahu, susu, minyak goreng, bawang, daun seledri, lada, labu kuning dan sebagainya. Mama Ata sengaja mengundang 11 ibu rumah tangga untuk bersama-sama membuat kue dengan pengolahan pangan lokal untuk menunjang gizi ODHIV.

Tindak Lanjut Pelatihan Pangan Lokal di Kabupaten Belu
Sebagian peralatan yang digunakan dalam kegiatan tersebut disiapkan oleh Mama Ata seperti piring saji, kompor, dandang kukus, tacu, sutel, cobek, mangkok, sendok, piring, garpu, cup puding dan baskom. Namun ada beberapa peralatan yang dipinjam dari CD Bethesda Yakkum antara lain cetakan kue, saringan, loyang brownis, mixer, papan iris dan gelas ukur. Semua bahan utama yang dipakai dalam pengolahan pangan lokal ini disediakan secara swadaya oleh Mama Ata, yang bahan utama tersebut tersedia di Desa Manletensehingga biaya pembuatan relatif terjangkau. Tepung terigu yang biasanya digunakan untuk membuat kue, sudah bisa diganti dengan tepung dari bahan ubi ungu, singkong dan pisang yang tersedia di Desa ini.
Kegiatan pengolahan makanan bebahan baku lokal ini mendapat respon yang sangat baik dari ibu rumah tangga yang terlibat. Ibu-ibu sangat senang dan terkesan dengan kegiatanini, karena mereka mendapat pengalaman dan keterampilan baru dalam membuat berbagai macam kue dan makanan ringan dengan menggunakan bahan makanan lokal yang ada disekitar mereka. Peserta juga tahu tentang cara pengelohan bahan-bahan lokal tersebut menjadi tepung yang kemudian dijadikan sebagai bahan baku dalam olahan berbagai jenis makanan yang dapat menunjang gizi ODHIV. Hari itu mereka berhasil membuat berbagai jenis olahan seperti bolu kukus ubi ungu, bolu kukus pisang, brownis ubi ungu, bakso tahu kelor, perkedel ikan, perkedel tahu kelor, puding ubi ungu dan puding labu kuning.
Ada 2 OHIDHA yang mengikuti kegiatan sehingga mereka berencana akan mengolah makanan-makanan tersebut untuk menunjang gizi anggota keluarga yang positif HIV. Saat ini sudah satu OHIDHA yang membuat olahan bahan lokal dan diberikan kepada anggota keluarganya. Selain itu, kader Posyandu Dusun Halifunan bersama Mama Ata juga telah menindaklanjuti dengan membuat puding labu kuning yang dibagikan kepada anak-anak Balita dalam kegiatan Posyandu.
Anggota WPA dan ibu rumah tangga yang ada di Dusun Halifunan, Desa Manleten berharap adanya dukungan dari Pemerintah Desa, dalam hal ini tim Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Manleten untuk bersama-sama WPA dan Puskesmas Wedomu, khususnya bidang gizi, untuk mengembangkan pengolahan bahan pangan lokal yang bisa menunjang gizi ODHIV maupun keluarga.* (Mariana Dince Manek).

Peer Support Group Gathering in Belu Regency
In an afternoon, five people sat in the living room of a house in Kakuluk Mesak, one of the sub-districts in Belu Regency. They were telling stories and sharing experiences about daily activities, including how the community accepts their existence as People Living with HIV (PLHIV). There seemed to be an atmosphere of togetherness and kinship between them that was shown by occasional jokes and laughter in the gathering. They are several members of the Kakuluk Mesak Peer Support Group which was formed in June 2020.
The home visit is one of the new activities they do for the other 29 members. This activity aimed to know each other, seek their health conditions and ARV adherence, share their experience, share experiences, and find out the struggles experienced and the solutions together. They also built a commitment to approach and invite PLHIV in the Kakuluk Mesak sub-district to join the peer support group.
Visiting the Peer Support Group members’ homes is one of the routine activities organised by Kakuluk Mesak Peer Support Group so that all members get to know each other. Before the Peer Support Group was formed, PLHIV in the border area of Timor Leste did not know each other and were still living their own lives. There was no group gathering, let alone caring for each other. It was only after the PLHIV gathering held by CD Bethesda YAKKUM Belu area on 19 June 2020, followed by eight PLHIV who agreed to form a Peer Support Group. They coordinated with the Public Health Centre Atapupu and Ainiba to invite other PLHIV to join and hold productive activities jointly designed between the Peer Support Group and the Public Health Centre. Now, at least 29 active people in the Peer Support Group spread across five villages in the Kakuluk Mesak sub-district.
Since its formation until nowadays, activities carried out include Peer Support Group meetings, compiling vision and mission, forming Peer Support Group management structures and designing activity programmes. Kakuluk Mesak Peer Support Group also participated in Peer Support Group meetings at the Belu Regency level to build confidence and counselling services facilitated by resource persons from Regional Public Hospital Mgr. Gabriel Manek Atambua, public health centre, Psychologists from the Psychology Department of Nusa Cedana University and Yogyakarta Peer Support Group. In addition, Kakuluk Mesak KDS members participated in various activities carried out by CD Bethesda YAKKUM, such as HIV and AIDS education for HIV-Positive housewives and entrepreneurs, coaching and mentoring related to ARV adherence, anti-stigma and discrimination, self-acceptance training, increasing Peer Support Group capacity in policy advocacy, building organisations and networks and increasing Peer Support Group skills through the use of yards for organic farming, disinfectant, hand sanitiser and soap training, traditional medicine training, acupressure training, and processing-local-food training.
The participation of Kakuluk Mesak Peer Support Group members in various activities at the village, sub-district and district levels has made them more confident because they have sufficient knowledge and skills related to their status as PLHIV and in the health sector in general. They can accept themselves as PLHIV, brave and ready to open up. Also, they can invite other PLHIVs to join the Peer Support Group. The HIV and AIDS Programme Manager at the public health office often invites the Kakuluk Mesak Peer Support Group to visit the new PLHIV in the public health office area. Kakuluk Mesak Peer Support Group continues to advocate for the government and socialise the elimination of stigma and discrimination against PLHIV to the community in the village.
The members hope, that making these visits can help Peer Support Group members get out of their downturn and stigma so that they can be creative, independent and empowered. *(Almada Lasi)



