
Sinergi dan Inovasi: Perjalanan Pengendalian Terpadu HIV dan AIDS
Oktober 6, 2025Mewujudkan Layanan Kesehatan Inklusif di Pedalaman Alor: Inovasi Posyandu ILP Menjangkau Semua Usia

Sebuah inovasi layanan kesehatan primer tengah tumbuh dan berkembang di pedalaman Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur. Posyandu Anggrek 1 dan Posyandu Anggrek 2 di Desa Kelaisi Barat berhasil menerapkan model Integrasi Layanan Primer (ILP) yang menyasar seluruh siklus hidup manusia – dari bayi hingga lansia. Inisiatif ini menjadi contoh nyata transformasi layanan kesehatan berbasis masyarakat yang inklusif, berkelanjutan, dan berkeadilan.
Transformasi Posyandu: Dari Bayi ke Lansia
Program ILP merupakan bagian dari transformasi kesehatan yang digagas oleh Kementerian Kesehatan RI. Dalam pendekatan ini, layanan kesehatan tidak lagi tersegmentasi semata bagi ibu dan balita, tetapi diperluas mencakup semua kelompok umur. Di Posyandu Anggrek 1 dan 2, pelayanan meliputi lima klaster siklus hidup: bayi-balita, anak-remaja, usia produktif, ibu hamil-nifas, dan lansia.
Kegiatan pelayanan dilaksanakan rutin setiap tanggal 14 tiap bulan, dengan melibatkan kader berjumlah 10 orang di masing-masing posyandu. Tidak hanya memberikan layanan kesehatan dasar, kegiatan ini juga menjadi ruang edukasi dan pemantauan kesehatan masyarakat.
“Kami sekarang tidak hanya menimbang bayi. Kami juga memeriksa tekanan darah lansia, skrining kesehatan remaja, sampai menyuluh gizi ke usia produktif. Semua siklus hidup dijangkau,” ujar Thomas Kafomai, Ketua Kader Posyandu Anggrek 2.
5 Langkah Layanan ILP: Sistematis dan Terstruktur
Model pelayanan di kedua posyandu ini mengikuti “5 Langkah Posyandu ILP” yang terdiri dari:
- Pendaftaran
- Penimbangan dan pengukuran
- Pencatatan dan pemeriksaan
- Pelayanan kesehatan dan penyuluhan
- Validasi dan sinkronisasi data
Setiap tahapan ini dilakukan secara teratur untuk memastikan tidak hanya keberlangsungan pelayanan, tetapi juga akurasi data yang menjadi dasar kebijakan dan tindakan kesehatan selanjutnya.
Kolaborasi Lintas Sektor: Kunci Keberhasilan
Penerapan ILP di Kelaisi Barat tidak berdiri sendiri. Kolaborasi kuat antara masyarakat, pemerintah desa, sekolah, gereja, serta mitra kesehatan seperti Puskesmas Apui dan UPKM/CD Bethesda YAKKUM menjadi fondasi keberhasilannya.
Upaya untuk menjangkau lebih banyak sasaran, para kader melakukan pendekatan kreatif. Mereka mengadakan posyandu keliling ke sekolah dan gereja, menyediakan makanan ringan hasil swadaya untuk menarik partisipasi anak-anak. Pemerintah desa pun memberi dukungan insentif kader serta anggaran khusus untuk Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi balita bergizi kurang.
Kepala Desa Kelaisi Barat, Imanuel D. Maupada, secara langsung memantau kegiatan posyandu. “Kami ingin melihat langsung apa yang dibutuhkan kader agar layanan ini terus berkembang,” ujarnya.
Tantangan Masih Ada, Tapi Semangat Tetap Menyala
Meski menunjukkan hasil yang positif, perjalanan Posyandu ILP di Kelaisi Barat masih menghadapi berbagai kendala. Keterbatasan jaringan internet menyulitkan penggunaan aplikasi digital kesehatan. Beberapa alat medis seperti tensimeter digital dan alat cek gula darah juga mengalami kendala daya baterai.
Lebih jauh, Puskesmas Pembantu (PUSTU) Masape yang sudah dibangun sejak 2024 belum juga difungsikan karena belum diresmikan. Padahal, fasilitas ini penting sebagai rujukan kasus-kasus kesehatan yang ditemukan di Posyandu. Namun para kader tidak menyerah. Mereka terus melayani dengan semangat dan kreativitas tinggi. Bahkan salah satu kader merupakan lansia yang tetap aktif memberikan pelayanan.

Foto Kepala Desa Kelaisi Barat, Alor
Harapan untuk Masa Depan
Masyarakat Desa Kelaisi Barat berharap agar sistem layanan Posyandu ILP ini dapat terus diperkuat. Mereka bermimpi memiliki:
- Ketersediaan alat kesehatan yang memadai
- Pelayanan PUSTU yang aktif dengan tenaga medis tetap
- Dukungan dari berbagai pihak dalam bentuk dana, pelatihan, dan pendampingan
- Inovasi kegiatan seperti senam sehat, jamuan obat tradisional, dan edukasi gizi berbasis pangan lokal
“Kami yakin, jika semua pihak ikut bergandengan tangan, layanan posyandu ILP ini bisa menjadi model unggulan, bukan hanya di Alor tapi juga untuk desa-desa lain di Indonesia,” tutup Thomas penuh harap.
Posyandu ILP di Desa Kelaisi Barat adalah bukti bahwa pelayanan kesehatan tidak harus menunggu fasilitas mewah. Melalui semangat gotong royong, pelatihan yang tepat, dan dukungan lintas sektor, pelayanan berbasis komunitas justru bisa menjangkau lebih luas dan berdampak lebih dalam. (Mexlilong)