Jamu Kekinian: Tren Baru dalam Sebuah Gelas
Januari 4, 2024Menyehatkan Sesama Menggunakan Obat Tradisional
Januari 8, 2024Sayur Telah Menyehatkan Kami Kembali
Kebiasaan di masyarakat, sering menganggap orang dengan disabilitas sebagai orang yang tidak mampu dan tidak bisa berkarya apa-apa. Anggapan ini tentu akan berbeda saat mereka menyaksikan kenyataan dua anak difabel kakak beradik Dentiana Hoar dan Juwita di Kabupaten Malaka, keduanya merupakan putri dari Alfonsius Klau Lopo dan Yuliana Luruk.
Dentiana Hoar, anak pertama yang lahir di Dusun Laento, Desa Biris pada 5 April 2000. Dia memiliki 4 adik terdiri dari tiga laki-laki dan satu perempuan. Juwita adalah salah satu adik perempuan Dentiana. Baik Dentiana maupun Juwita keduanya merupakan penyandang disabilitas fisik.
Meski memiliki keterbatasan gerak akibat kendala fisik, namun keseharian Dentiana melakukan pekerjaan menenun bersama mamanya. Sedangkan adiknya, Juwita, masih duduk di bangku Sekolah Dasar tidak jauh dari rumah mereka.
Kurang lebih 2 tahun Dentiana menekuni pekerjaannya sebagai penenun. Namun, lambat laun dia merasa kelelahan dan pinggangnya terasa sakit. Selain itu, hasil tenunannya tidak laku sehingga ia memutuskan berhenti menenun. Dentiana merasa sedikit stres karena tidak ada aktivitas lagi. Bapak dan Mamanya tidak bosan selalu ada untuk menghibur putrinya.
Bulan April 2022, Dentiana dan Juwita bersama kedua orangtuanya memutuskan untuk mencoba menggarap pekarangan rumah yang mereka miliki untuk menanam sayur. Awalnya, mereka sempat diremehkan tetangga karena menanam sayur di pekarangan rumah yang banyak ternak berkeliaran, ternak pasti akan mengganggu serta menghabiskan tanaman sayur yang ditanam sehingga tidak akan pernah berhasil.
Mendapat komentar tetangga seperti itu, Dentiana dan keluarganya tidak menghiraukan, inisiatif mereka yang kuat membuat Dentiana bersama avah dan ibunya melanjutkan mencangkul tanah serta membuat bedeng untuk penanaman bibit sayur, ada 8 bedeng yang mereka siapkan.
Selanjutnya, Dentiana bersama adiknya Juwita, menanam sayur kangkung dan labu. Nyatanya usaha mereka tidak sia-sia, panen pertama pun mereka dapatkan, sebagian hasil panen pertama ini dikonsumsi keluarga dan sebagian dijual di pasar. Hasil penjualan bisa mendapat uang sebanyak Rp. 265.000.00,-. Uang itu dipakai untuk membeli kebutuhan dalam rumah dan kebutuhan sekolah adiknya.
Di sela-sela kesibukan mereka memanen pertama kali dari tanaman sayur yang mereka tanam, staf UPKM/CD Bethesda YAKKUM Area Malaka mengunjungi keluarga ini. Mereka menceritakan inisiatf dari kedua anak disabilitas yang menanam sayur di pekarangan rumah, Dentiana pun menyampaikan keinginannya untuk mengembangkan penanaman sayuran lebih banyak namun mash ada kendala pasokan air yang sulit diakses.
“Ibu, kami sebenarnya mau menanam sayur dalam jumlah yang banyak, tapi sedikit kendala. Air memang dekat, cuma kita ambil dengan ember, coba kalau ada selang air lebih baik bu,” kata Dentiana sambil tersenyum. Dentiana meminta agar kebutuhan ini bisa difasilitasi untuk meningkatkan hasil sayurannya. Berdasar pertimbangan sudah ada inisiatif secara swadaya tersebut, pada 25 Juni 2022, UPKM/CD Bethesda YAKKUM memberikan support berupa 1 roll selang untuk dipakai menyiram sayur.
Musim tanam kedua Dentiana dan Juwita mencoba menanam sayur sawi batang hijau, namun karena curah hujan sangat tinggi, maka kali ini mereka gagal panen. Dentiana dan adiknya tidak putus asa, mereka tetap semangat untuk menanam di musim yang ketiga. Tanaman sayuran yang mereka tanam yaitu sayur saw dan labu, hasilnya penanaman di musim ketiga bagus dan siap untuk dipanen.
Melihat keberhasilan Dentiana dan keluarga dalam menanam sayuran di pekarangan rumah, akhirnya beberapa tetangga mengikuti jejaknya. Sampai sekarang sudah 5 keluarga yang ikut menanam sayur yaitu Yuliana Seuk yang menanam kangkung, Maria Goreti Hoar menanam labu kuning, Febriana Hoar menanam sawi, Yuliana Telik seorang Kepala Dusun yang menanam terong, dan Yulana Bano seorang Kader Posyandu yang menanam sawi, kangkung dan labu.
Inisiatif Dentiana dan keluarga yang dikuti keluarga lainnya ini menjadi kebanggaan baginya. “Mereka menanam sayur atas inisiatif mereka setelah melihat keberhasilan kami,” kata Dentiana. Melalui usaha menanam sayuran ini, kebutuhan ekonomi keluarga terpenuhi dan gizi keluarga terjamin. “Saat saya masih aktif menenun, kebutuhan ekonomi tidak cukup dan kebutuhan gizi keluarga terganggu,” kenangnya Dentiana. “Terkadang kami makan kosong, tidak ada lauk, sekarang sudah rajin menanam sayur, gizi keluarga terpenuhi, kebutuhan keluarga tercukupi,” kisahnya lebih lanjut.
Dentiana berharap Dusun Laenkto tempatnya tinggal saat ini bisa menjadi dusun yang hijau dengan menanam sayur, serta situasi gizi buruk dan gizi kurang menurun. “Saya juga berharap agar Desa Biris menjadi desa sehat dan bebas stunting,” harapnya. “Kami saja difabel masih mampu menanam sayur apalagi mereka yang tidak ada hambatan fisik,” ungkap Dentiana dengan semangat. *(Dina Klau)