HIV Tidak Mengurangi Martabat Saya Sebagai Perempuan
November 5, 2024Dana Desa untuk Pengendalian HIV & AIDS
November 19, 2024Tak Ingin Lagi Temanku Meninggal karena AIDS
Berawal dari keprihatinan melihat beberapa teman yang sakit dan kemudian meninggal karena AIDS, saya memutuskan untuk memberikan edukasi tentang HIV dan AIDS kepada sebanyak mungkin orang. Saya tidak ingin melihat ada lagi kematian karena AIDS. Melalui profesi saya sebagai ojek online, saya menyebarkan informasi tentang virus yang menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh ini kepada teman-teman, terutama sesama pengemudi ojol.
Cerita ini berawal dari ajakan seorang teman melalui pesan whatsapp untuk mengikuti pelatihan pijat urut tradisional. Kegiatan pelatihan itu diadakan oleh UPKM/CD Bethesda YAKKUM untuk para anggota Warga Peduli AIDS (WPA). Saya tertarik saat itu sehingga langsung menjawab dan mengiyakan untuk mengikuti pelatihan tersebut.
Meski sudah mengikuti pelatihan pijat, waktu itu saya belum tahu apa itu WPA, temasuk tugas dan kegiatan yang dilakukan apa saja. Sampai beberapa bulan berikutnya, ada undangan untuk mengikuti pertemuan rutin WPA. Ternyata pada pertemuan itu ada pembentukan pengurus baru dan saya juga diminta untuk mempraktekkan apa yang didapat dari pelatihan pijat yang saya ikuti. Mulai dari sinilah keterlibatan saya dalam kegiatan-kegiatan di WPA Pringgokusuman dimulai.
Semenjak mengikuti kegiatan dan agenda di WPA maka informasi dan pengetahuan tentang HIV dan AIDS semakin terbuka lebar. Namun, setelah memiliki pengetahuan yang sudah saya dapat tersebut, ada sedikit penyesalan dalam diri saya. Kenapa informasi tersebut tidak saya ketahui dari dulu? Apalagi kalau mengingat beberapa orang dekat yang saya kenal pernah sakit dan kemudian meninggal. Ketika mengingat lagi teman-teman yang sakit, ada beberapa diantaranya yang memiliki tanda-tanda seperti orang dengan HIV. Ada seorang teman masa kecil yang sudah puluhan tahun tidak ada kabarnya, ketika bertemu lagi kondisi tubuhnya kurus dan sakit-sakitan.
Hingga kabar berikutnya, ternyata dia meninggal dalam kondisi AIDS. Minimnya pengetahuan tentang HIV dan AIDS saat itu, membuat saya tidak sempat untuk membantu, mendukung atau sekedar peduli kepada mereka.Berkaca dari kejadian yang menimpa beberapa teman tersebut, saya kemudian bertekad untuk ikut menyebarkan informasi tentang HIV dan AIDS. Selain sebagai anggota WPA yang aktifitasnya banyak mengedukasi warga sekitar, saya juga berusaha untuk menyebarkan informasi tersebut di manapun, kapan pun dan pada siapa pun. Profesi saya sebagai driver ojek online (ojol) yang banyak berinteraksi dengan banyak orang pun saya manfaatkan untuk berbagi informasi kesehatan, terutama kepada sesama teman seprofesi.
Cerita ini berawal dari ajakan seorang teman melalui pesan whatsapp untuk mengikuti pelatihan pijat urut tradisional. Kegiatan pelatihan itu diadakan oleh UPKM/CD Bethesda YAKKUM untuk para anggota Warga Peduli AIDS (WPA). Saya tertarik saat itu sehingga langsung menjawab dan mengiyakan untuk mengikuti pelatihan tersebut.
Meski sudah mengikuti pelatihan pijat, waktu itu saya belum tahu apa itu WPA, temasuk tugas dan kegiatan yang dilakukan apa saja. Sampai beberapa bulan berikutnya, ada undangan untuk mengikuti pertemuan rutin WPA. Ternyata pada pertemuan itu ada pembentukan pengurus baru dan saya juga diminta untuk mempraktekkan apa yang didapat dari pelatihan pijat yang saya ikuti. Mulai dari sinilah keterlibatan saya dalam kegiatan-kegiatan di WPA Pringgokusuman dimulai.
Semenjak mengikuti kegiatan dan agenda di WPA maka informasi dan pengetahuan tentang HIV dan AIDS semakin terbuka lebar. Namun, setelah memiliki pengetahuan yang sudah saya dapat tersebut, ada sedikit penyesalan dalam diri saya. Kenapa informasi tersebut tidak saya ketahui dari dulu? Apalagi kalau mengingat beberapa orang dekat yang saya kenal pernah sakit dan kemudian meninggal. Ketika mengingat lagi teman-teman yang sakit, ada beberapa diantaranya yang memiliki tanda-tanda seperti orang dengan HIV. Ada seorang teman masa kecil yang sudah puluhan tahun tidak ada kabarnya, ketika bertemu lagi kondisi tubuhnya kurus dan sakit-sakitan.
Hingga kabar berikutnya, ternyata dia meninggal dalam kondisi AIDS. Minimnya pengetahuan tentang HIV dan AIDS saat itu, membuat saya tidak sempat untuk membantu, mendukung atau sekedar peduli kepada mereka.Berkaca dari kejadian yang menimpa beberapa teman tersebut, saya kemudian bertekad untuk ikut menyebarkan informasi tentang HIV dan AIDS. Selain sebagai anggota WPA yang aktifitasnya banyak mengedukasi warga sekitar, saya juga berusaha untuk menyebarkan informasi tersebut di manapun, kapan pun dan pada siapa pun. Profesi saya sebagai driver ojek online (ojol) yang banyak berinteraksi dengan banyak orang pun saya manfaatkan untuk berbagi informasi kesehatan, terutama kepada sesama teman seprofesi.
Ternyata tidak semudah seperti yang dibayangkan ketika mencoba menyebarkan informasi tentang HIV dan AIDS. Mungkin karena isu ini masih asing dan masih tingginya stigma HIV dan AIDS sebagai sesuatu yang berhubungan hal yang tabu dan perilaku menyimpang. Beberapa orang sempat menolak untuk diajak bicara tentang topik tersebut. Perlu menggunakan metode, bahasa dan waktu yang tepat ketika kita berkomunikasi. Melalui kegiatan WPA yang saya ikuti, saya mempunyai bekal pengetahuan dan keterampilan berupa pijat urut, pembuatan jamu dan minyak urut yang dapat digunakan sebagai media untuk masuk dalam memulai percakapan yang diinginkan.
Saya hanya berusaha bisa ikut berperan mencegah penyebaran virus baru, tidak ada lagi kematian yang terkait AIDS dan tidak ada lagi stigma juga diskriminasi bagi Orang Dengan HIV (ODHIV). Cukup, tidak mau lagi melihat teman meninggal karena virus itu!
(Gunarto)